Friday, September 05, 2008

Single vs Istri Kedua

I'm in the mood to write in bahasa Indonesia, so sorry for my readers who can not understand Indonesian language.

Kehidupan berpoligami bukanlah hal yang baru di dalam keluarga saya, kakek saya mempunyai 3 orang istri, iya 3. Nenek saya adalah istri pertama yang dinikahi pada umur 15thn dan memberikan 4 orang anak (2 perempuan dan 2 lelaki), lalu ada istri kedua yang memberikan 1 orang anak lelaki, dan istri ketiga yang memberikan 2 anak perempuan. Sampai akhir hayat kakek saya hanya ada 2 istri yang menemani karena istri kedua sudah diceraikan long time ago, saya juga tidak mengenal nenek nomer 2 ini, saya hanya tahu ada 1 oom yang selalu berlebaran bersama nenek saya tapi bukan anak nenek saya. Iya, anak dari istri kedua kakek saya selalu berlebaran bersama nenek saya, entah kenapa tapi dia selalu bilang bahwa ibunya adalah nenek saya. Mungkin karena nenek saya menerima keadaan dan tidak menolak kondisi tsb.

Itu adalah cerita tentang orang tua yang hidup dijaman dahulu. Tapi ternyata keadaan itu masih tetap terjadi dijaman yang sudah modern ini, banyak cerita selebritis yang nikah siri dengan pejabat anu atau tetangga si itu menjadi istri kedua dari si B. Saya tidak pernah menghakimi wanita-wanita yang memilih untuk menjadi istri kedua karena saya bukanlah Tuhan yang bisa menghakimi orang, saya hanya manusia biasa yang tidak sempurna.


Dua sepupu saya memutuskan untuk menjadi istri kedua, satu sudah menghasilkan seorang anak perempuan yang lucu dan satu lagi menikah siri sekitar satu bulan yang lalu. Kedua sepupu saya ini adalah kakak dan adik, alasan si adik untuk menikah siri karena nasihat si kakak yang ternyata menurut ibu saya (yeah saya tahu gosip keluarga dari ibu) menyesal menjadi istri kedua karena tidak seindah yang dibayangkan dan sedang memikirkan perceraian, nasihat si kakak kepada adiknya adalah lebih baik menikah siri karena lebih mudah untuk keluar dari pernikahan itu dibandingkan dengan menikah secara sah dimata agama dan negara... errr... ok.. saya tidak mengerti jalan pikiran si kakak tapi sudahlah itu pilihan mereka dan saya tidak merasa terganggu oleh pilihan itu.

Saya mulai merasa terganggu ketika si kakak mulai mempertanyakan hubungan saya dengan si pacar yang menurutnya sudah cukup lama dan sudah waktunya untuk dilanjutkan ke jenjang berikutnya mengingat usia saya yang sudah cukup untuk membina keluarga, hanya tinggal saya yang belum menikah didalam keluarga besar, jadi sebaiknya saya minta si pacar untuk menikahi saya..WTF... Who the hell is she yang berhak untuk mengatakan apa yang baik untuk saya dan apa yang tidak, menikah bukanlah keputusan yang mudah, menikah butuh perencanaan yang matang dan juga kematangan mental. Sepupu bilang saya harus mencontoh dia yang sudah mempunyai anak di usia yang tidak berbeda jauh dengan saya, errr... yeah... tapi menjadi istri kedua bukanlah pilihan hidup saya.

Menjadi single bukanlah suatu kejahatan, single adalah pilihan hidup, situasi hidup, mungkin memang wanita-wanita yang masih single itu tidak menjadikan single sebagai pilihan hidup tapi suatu keadaan yang harus diterima karena jodoh yang tak kunjung datang.

Lalu haruskah wanita-wanita single yang sudah berumur cukup itu dikucilkan dari lingkungan dan dipandang sebelah mata karena dianggap tidak mampu mendapatkan pendamping hidup?

Berhak kah para wanita yang sudah berkeluarga dan mempunyai anak merasa lebih baik dari para wanita single tsb hanya karena mereka sudah mempunyai jabatan baru yaitu menjadi seorang istri dan bahkan menjadi ibu? Tidak perduli walaupun jabatan baru tsb didapatkan dengan menjadi istri kedua, membagi suaminya dengan wanita lain.

Saya orang yang egois, ketika saya akhirnya menikah nanti, dengan siapapun jodoh saya nantinya, saya menginginkan suami hanya untuk saya seorang, saya tidak rela membaginya dengan wanita lain yang lebih berhak dari saya. Karena saya percaya karma, dan saya juga percaya bahwa kebahagiaan tidaklah utuh kalau dibangun diatas kehancuran hati pihak lain.

20 comments:

Katadia said...

Ecky, memang sayang krn paradigma di masyarakat msh mengutamakan pernikahan dan punya anak (universal marriage and parenthood). Mungkin lama2 hal ini akan berubah dgn sendirinya.

Gue setuju bgt dgn point2 elo. Kecuali yg paragraf terakhir... skrg gue hrs berbagi suami dgn anak2. Hue..hue....

Unknown said...

Katz, iya kayaknya paradigma masyarakatnya yang harus udah mulai dibenerin bahwa pada dasarnya semua orang punya nilai yang sama entah itu single atau berkeluarga.

Hehehe bener juga tu berbagi sama anak emang gak bisa dihindari ;)

Ivy said...

You go girl!! Hehehe... emang jadi cewe tuh itu aja yg selalu dipertanyakan...kalo uda nikah, nanti pertanyaannya beda lagi... kenapa kok blom punya anak... uda punya anak nanti ditanya lagi... kok baru satu...tambah lagi dong... Uda tambah 1 lagi...pertanyaan yg lain melanda...wah tambah 1 lg dong mana tau dapet yg cowo.... kayanya kalo ga kasih pertanyaan bisa mati kali ya tuh orang2 hahaha

Gildo Kaldorana said...

Buff, punya 2 atau 3 isteri memang mahal dan susah2.
Saya ada cuma satu dan susah juga, mana bisa kalau ada 2 atau 3.
Kalau jadi raja ya mungkin......
Salam kenal dan salam from Barcelona(Spain).
Ah, dan selamat for your blog.

Melly said...

ecky, nicely written...it does not matter whether we are single or married but most of important of all is living life at the fullest and being happy.

I had a great single life that I cherish so much until now. Only a happy single person soul that will be able to enjoy a marriage with her/his partner dear.

Ecky, you have a gorgeous life now, good job, Sam is good towards you hehehe I can see that, great friends...

I agree I would rather stay single than be the second one. If someone make her choice to second rate than it's her choice as long as she is happy.

infogue said...

artikel anda:

http://keluarga.infogue.com/
http://keluarga.infogue.com/single_vs_istri_kedua

promosikan artikel anda di infogue.com dan jadikan artikel anda yang terbaik dan terpopuler,telah tersedia widget shareGue dan nikmati fitur info cinema untuk para netter Indonesia. Salam!

Anonymous said...

Uniknya orang dulu kalo gak punya banyak anak ampe belasan dari 1 bini, ya begini punya lebih dari 1 bini.

Ternyata berbeda jaman gak ngaruh dgn "kebiasaan" yah. Hmpf

tere616.blogspot.com said...

Heran deh, jaman sekarang, masih aja ada yang beranggapan "menikah" adalah pilihan terbaik dari pada menjadi "single".

Kapan ya itu berakhir ?

Menikah atau Single, masing-masing ada pro vs cons nya, tergantung dari diri masig-masing.

Stay strong Ecky, love your stand of point, "karma".

Rob Baiton said...

"kayaknya paradigma masyarakatnya yang harus udah mulai dibenerin bahwa pada dasarnya semua orang punya nilai yang sama entah itu single atau berkeluarga."

really?

bagaimana dengan "diversity" dan "tolerance" untuk nilai atau norma yang beda dengan nilai dan norma kami sendiri?

Barangkali ada beberapa nilai dan norma yang bisa di sebut universal tapi apakah itu termasuk nilai atau norma tentang perkawinan belum tentu.

Life would be pretty boring if we all maintained the same values and norms.

Poin yang terakhir menarik sekali karena kalau memang salah satu syarat adalah suaminya tidak boleh memiliki lebih dari 1 istri maka ini tanggung jawab Ecky sendiri untuk menentukan bahwa calon suaminya mengerti bahwa pernikanan ini adalah a one wife deal!

Good luck! I thought you were already involved with someone?

Unknown said...

@ Rob Baiton: De facto relationship belum diakui di Indonesia, jadi walaupun saya involved dengan seseorang tetapi belum ada hitam diatas putih (pernikahan yang sah) dimana masyarakat saya tetap single.

I'm praying hard for my last point hehehe

@ Ivy: iya bener jadinya never ending question ya ada aja yang ditanyain kalau udah ada 1 goal yang di achieved.

@ Gildo: Benar sekali, mempunyai istri lebih dari 1 susah sekali karena harus adil dan juga harus cukup materi untuk membiayai keluarga besar.

@ Melly: I really thankful for your friendship and the gals, it meant so much to me.

@ Atrix: bisa jadi lifestyle juga tuw punya istri lebih dari 1 ;)

@ Tere: Kayaknya susah ya untuk berakhir selama pola pikir masyarakatnya masih seperti itu, padahal banyak alasan untuk belum menikah kan. Thanks for your support.

Lorraine said...

Ecky,

Terimakasih atas informasi loe tentang pernikahan siri, karena gw sempet penasaran kenapa ada perempuan jaman sekarang yang rela dinikahi siri.

Mengenai menikah atau tidak (single atau punya pacar)gw setuju 100% dengan Ivy. Hal2 yang dimata umum itu biasa & menjadi norma sehingga sepertinya harus dilakukan semua orang. Kalo ada yang tidak menjalankan norma tersebut ya dianggap aneh. Seperti gw, tinggal di NL, punya anak 1. Sekarang ibu2 Indonesia disini ribut tanya2 terus kapan gw mau punya anak lagi.

Bagaimana situasi di Indonesia sekarang mengenai Kumpul Kebo? Dan bagaimana pandangan orang2 secara umum tentang hal ini? Sorry ya Ky, gw nanyanya borongan karena topiknya menarik sih...

Anonymous said...

Why does the question bother you? Especially of the ones who shoot the question are the '2nd wives'. This is your life you can do whatever you want to do with it. They never contribute anything for you, do they?

What's their reason to surrender their precious lives to be the sloppy seconds? I bet it's something like this.

Life is not a race. Next time just tell them plainly to mind their own business.

Unknown said...

@ Lorraine: Ada 2 sisi untuk nikah siri ini, satu sisi karena demi cinta dan berpendapat bahwa ini adalah salah satu cara untuk bisa mengikat si lelaki karena toh dimana agama dan keluarga mereka sudah resmi jadi suami istri walaupun hak-haknya sebagai istri tidak diakui hukum. Yang sisi lain adalah nikah siri biar gampang pisah kalau ada masalah dikemudian hari.

Untuk masalah living together w/o married masih tetap dianggap tabu oleh sebagian besar masyarakat walaupun fenomena ini udah bukan hal yang asing di kota besar spt Jakarta, salah satu sebabnya adalah dengan menjamurnya pembangunan apartement dimana para tenant biasanya gak perduli satu sama lain dan tidak saling gosip seperti pada kompleks perumahan pada umumnya.

Kayaknya emang orang Indonesia itu terbiasa untuk ngurusin orang lain ya, liat orang single pasti gatel untuk nanya kenapa belum nikah bla bla, trus liat keluarga dengan hanya 1 anak gatel juga nanya kapan mau nambah anak bla bla bla.. capek deehhh

@ Finally Woken: it bothers me coz it came from someone close to you, but I did tell her to mind her own business like I never mind hers.

Anonymous said...

Ecky,

Biasanya orang yang usil suka ngojok2 supaya kita cepet2 merit (dan cepet2 pny anak) itu adalah orang2 yang tidak bahagia dengan kehidupan mereka sendiri.

Lo tau kan kalo orang Indo itu paling seneng liat orang susah, jadi mereka ngga rela liat orang lain seneng sementara mereka susah :)

Gue yakin pasti mereka ngiri aja sama elo :)

Which is good bc it means you are enjoying your life to the fullest!

Biarkan anjing berlalu kafilah menggongong :P

Elyani said...

Ecky, pertanyaan semacam ini rasanya bukan hanya ada di Indonesia tetapi di Asia pada umumnya. Di Indonesia menurutku masih mending, coba kalau tinggal di Malaysia. Hidup bersama pacar tanpa ikatan perkawinan (apalagi beda ras misalnya Melayu dan Caucasian) wah bakal habis deh kena hukum Islam disana. Paling tidak di kota2 besar di Indonesia orang2 tidak begitu memusingkan siapa mau tinggal dengan siapa. Kenal dengan tetangga sebelah saja belum tentu. Jadi menurutku menghadapi pertanyaan semacam itu gak perlu emosi. Santai saja, nanti yang nanya juga bosan sendiri. Menikah atau tidak menikah adalah pilihan hidup yg sifatnya sangat pribadi. Kalau merasa nyaman dengan keadaan sekarang jalani saja, orang lain mau bilang apa gak usah dipikirin.

Nonieyf said...

Single, married or second part of someone relationship, buat aku sih artinya sama aja, semua itu tergantung dari masing-masing manusia bagaimana menjalani hidup dikala dia masih lajang atau sudah berkeluarga atau menjadi bagian kedua dari suatu hubungan tersebut.

Menjadi seorang yang lajang, sukses dan bersahaja, pasti semua orang mencintai karena dia hampir sempurna. Tapi... namanya juga manusia selalu saja ada kurangnya di mata mereka, pastinya timbul pertanyaan "kapan menikah".

Menjadi seorang yang sudah berumah tangga pun demikian. Kehidupan rumah tangga yang hampir sempurna membuahkan kebahagian ke generasi mereka sampe kakek-nenek. Semua orang pasti mendambakan kehidupan yang sedemikian rupa, ya gak sih...
Tapi, disaat sedang di terpa musibah, semua berubah menjadi salah kaprah dan buruk kelihatannya, karena sebuah kepercayaan dan janji pernikahan telah ternodai. Dan semua itu berubah 100% menjadi hal yang tidak layak untuk dijalani lagi. Lagi-lagi manusia punya penilaian bahwa pernikahan itu adalah bukan jalan satu-satu untuk menyelesaikan masalah sebagai seorang yang lajang.

Menjadi yang ke dua... disaat orang tersebut memutuskan sesuatu dalam hidupnya yaitu: bukan orang pertama, cinta harus berbagi dengan yang lain, perhatian bukan milik orang tersebut sepenuhnya, sikap mengalah yang tiada batas.
Ternyata wanita kedua ini mampu ngejalininya dan hidup bahagia kumpul bersama dengan yang pertama. Orang-orang tidak mengucilkan wanita kedua ini dengan status "nikah sirih atau wanita kedua", tetapi lagi-lagi manusia selalu mencari-cari kekurangan seseorang untuk dijadikan suatu bahan pembicaraan.

Jadi... kata-kata kakakmu janganlah diambil sebagai suatu boomerang dalam suatu kehidupan atau kerikil yang mengganggu dalam kehidupan mu. Semua tergantung dari masing-masing manusianya bagaimana mereka menyikapi hidup dan menjalaninya. Kalau kamu bilang bahwa manusia itu tidak sempurna itu benar, tapi disini tinggal bagaimana manusia menyikapi setiap peristiwa yg mereka jalani dalam hidup ini, sudah makin membaik atau makin terpuruk dengan sikap yang kita buat sendiri.

Anonymous said...

Salam kenal...

Memang pada dasarnya manusia suka merasa menang, sang istri kedua berani menasehati Ecky yang single karena merasa dirinya berada di posisi lebih baik daripada yang single. Padahal menurutku sih relatif ya... Aku sih mending stay single daripada jadi istri kedua hehehe.

Aku dulu tinggal bareng selama hampir tiga tahun bersama lelaki yang jadi suamiku sekarang. Dulu seluruh keluarga besar mendesak "kapan menikah?" Dua tahun yang lalu kami menikah, dan sejak itu pertanyaan berubah "kapan punya anak?" Berani tarohan, kalau seandainya kami punya anak, pasti ada pertanyaan selanjutnya "kapan dikasih adik?" Memang keluarga ga pernah puas ya. Kalo tau begini, terus aja tinggal bareng sampai sekarang :)

Jurus ampuh kami berdua dalam acara-acara keluarga besar: pasang senyum, tutup kuping!

Anonymous said...

Mia is my new hero!! Hahaahah

Anonymous said...

Salam kenal
Saya punya sepupu yang jadi istri kedua, menikah resmi tapi pakai KTP palsu karena istri pertama belum tau. Pada saat dia bercerita tentang hal itu ke saya, dia bilang, this is my life....ok fine...tapi saya sebagai seorang istri sekaligus ibu, akan menempatkan posisi saya sebagai istri pertama...dan betapa menyakitkan jika hal itu terjadi pada saya. Karena itu saya mengacungkan jempol buat Ecky...yang memilih single daripada jadi istri kedua..

Parvita said...

Orang kita kebanyakan cuma berpikir dua dimensi. Kalau kawin happy. Kalau ngga kawin ngga happy. Saya pernah kawin dan ngga happy. Sekarang saya single, dan lebih tenang.

Have to admit that having someone, that special someone yang bisa jadi soulmate is comforting. But do you have to marry him? Nope. Whatever that makes you happy. Even I get those questions. Told them, been there done that marriage life is not for me at the moment.